Falsafah Pencak Silat dinamakan falsafah budi
pekerti luhur. Hal ini disebabkan karena falsafah ini mengandung ajaran budi
pekerti luhur. Falsafah budi pekerti luhur berpandangan bahwa masyarakat
"tata-tentrem karta-raharja" (masyarakat yang aman-menentramkan dan
sejahtera-membahagiakan) dapat terwujud secara maksimal apabila semua warganya
berbudi pekerti luhur. Karena itu, kebijaksanaan hidup yang harus menjadi
pegangan manusia adalah membentuk budi pekerti luhur dalam dirinya.
Budi adalah dimensi kejiwaan dinamis manusia yang
berunsur cipta, rasa dan karsa. Ketiganya merupakan bentuk dinamis dari akal,
rasa dan kehendak. Pekerti adalah budi yang terlihat dalam bentuk watak.
Semuanya itu harus bersifat luhur, yakni ideal atau terpuji. Yang ingin dicapai
dalam pembentukan budi pekerti luhur ini adalah kemampuan mengendalikan diri,
terutama di dalam menggunakan "jurus". "Jurus" hanya dapat
digunakan untuk menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan dalam rangka
menjunjung tinggi nilai-nilai dan kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat
maupun dalam rangka mewujudkan masyarakat "tata-tentrem
karta-raharja."
Dalam kaitan itu falsafah budi pekerti luhur dapat
disebut juga sebagai Falsafah pengendalian diri. Dengan budi pekertinya yang
luhur atau kemampuan pengendalian dirinya yang tinggi, manusia akan dapat
nemenuhi kewajiban luhurnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk pribadi, mahluk sosial
dan mahluk alam semesta, yakni taqwa kepada Tuhannya, meningkatkan kualitas
dirinya, menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan sendiri dan
mencintai alam lingkungan hidupnya. Manusia yang demikian dapat disebut sebagai
manusia yang taqwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas. Manusia yang
dapat memenuhi kewajiban luhurnya adalah manusia yang bermartabat tinggi.
Jenis dan
aliran Pencak Silat
Berdasarkan pada 4 aspek yang terdapat pada
substansinya, wujud fisikal dan visual atau praktek pelaksanaan Pencak Silat dapat
dikategorikan dalam 4 jenis. Praktek pelaksanaan dari masing-masing jenis
Pencak Silat itu mempunyai tujuan tersendiri dan berdasarkan pada tujuan
tersebut akan lebih menekankan pada salah satu aspek tertentu dengan tidak meniadakan
aspek-aspek yang lain.
Keempat jenis Pencak Silat tersebut adalah :
1.Pencak Silat Mental-Spiritual atau Pencak Silat
Pengendalian Diri (karena wujud fisikal dan visual mental-spiritual adalah pengendalian
diri), yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk memperkuat kemampuan
mengendalikan diri dan karena itu lebih menekankan pada aspek mental-spiritual.
2.Pencak Silat Beladiri, yang praktek
pelaksanaannya bertujuan untuk pembelaan diri secara efektif dan karena itu lebih
nenekankan pada aspek beladiri.
3.Pencak Silat Seni, yang praktek pelaksanaannya
bertujuan untuk mempertunjukkan keindahan gerak dan karena itu lebih menekankan
pada aspek seni.
4.Pencak Silat Olahraqa, yang praktek
pelaksanaannya bertujuan untuk memperoleh kesegaran jasmani dan prestasi keolahragaan
dan karena itu lebih menekankan pada aspek olahraga.
Aspek-aspek yang tidak menjadi fokus masih tetap
terlihat dengan kadar yang berbeda, ada yang jelas dan ada yang samar-samar.
Karena itu, masing-masing jenis Pencak Silat itu tetap mempunyai 4 aspek
sebagai satu kesatuan dan kebulatan. Masing-masing memiliki nilai-nilai etis
(mental-spiritual), teknis (beladiri), estetis (seni) dan sportif (olahraga) sebagai
satu kesatuan. Praktek pelaksanaan "jurus" dari masing-masing jenis
Pencak Silat dilakukan dengan gaya yang bermacam-macam. Gaya unik dengan
ciri-cirinya yang menonjol dan mudah dibedakan dari gaya lainnya, disebut
"aliran" Pencak Silat. Bagaimana pun wujud keunikan suatu gaya (aliran),
nilai-nilai keempat aspek Pencak Silat,
yakni etis, teknis, estetis dan sportif sebagai satu kesatuan tetap ada dan
terlihat. Jika tidak, ia tidak mempunyai nilai sebagai aliran Pencak Silat.
Membedakan aliran-aliran Pencak Silat tidak mudah
dan hanya dapat dilakukan oleh mereka yang ahli dan betul-betul memahami berbagai
"jurus" Pencak Silat. Perbedaan aliran hanya menyangkut segi praktek
fisikal dan tidak menyangkut segi mental-spiritual dan falsafah.
Dalam dunia Pencak Silat, aliran bukanlah faham
atau mazhab. Karena itu jenis dan aliran Pencak Silat apapun tetap dijiwai falsafah
budi pekerti luhur dan mempunyai aspek mental-spiritual sebagai aspek
pengendalian diri.
Pada jenis Pencak Silat Beladiri, terdapat aliran
yang menggunakan "tenaga supernatural" dalam gaya pelaksanaan "jurus"nya.
Tenaga supranatural yang disebut "tenaga dalam", "tenaga
dasar" atau "tenaga tambahan" ini merupakan penguat
"jurus" atau kekebalan badan. Adanya aliran yang menggunakan
"tenaga supernatural" telah memperkaya Pencak Silat.
Falsafah budi pekerti luhur menentukan ukuran
kebenaran, keharusan, dan kebaikan bagi manusia pencak silat dalam mempelajari,
melaksanakan dan menggunakan pencak silat maupun dalam bersikap, berbuat dan
bertingkah laku serta merupakan jiwa dan sumber motivasi dalam pelaksanaan dan
penggunaan pencak silat, karena itu falsafah budi pekerti luhur merupakan
falsafahnya pencak silat.
Ajaran falsafah budi pekerti dijiwai oleh
nilai-nilai pencak silat adalah ajaran falsafah budi pekerti luhur diantaranya
Taqwa, Tanggap, Tangguh, Tanggon, dan Trengginas..
- Taqwa berarti beriman teguh kepada Tuhan YME
dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
- Tanggap berarti peka, peduli, antisipatif, pro
aktif dan mempunyai kesiapan diri terhadap setiap perubahan dan perkembangan
yang terjadi berikut semua kecenderungan.
- Tangguh berarti keuletan dan kesanggupan
mengembangkan kemampuan.
- Tanggon (bahasa jawa) berarti sanggup menegakan
keadilan, kejujuran dan kebenaran, tangguh, konsisten dan konsekuen memegang
prinsip.
- Trengginas (bahasa jawa) berarti enerjik, aktif,
eksploratif, kreatif, inovatif, berfikir kemasa depan (prospektif) dan mau bekerja
keras untuk mengejar kemajuan.(Noto).
Istilah pencak silat mengandung unsur-unsur
olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Pencak silat adalah hasil budaya
manusia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan
integritasnya (manunggalnya)
0 komentar:
Posting Komentar